Minggu, 31 Mei 2015

Teknik Pemeriksaan Pelvis

Teknik Pemeriksaan Pelvis
 
1.Proyeksi Antero-Posterior (AP)
 Tujuan:
Ø  Menampakkan pelvis
Ø  Memperlihatkan fraktur, dislokasi, penyakit degeratif dan lesi tulang
Posisi Pasien: Pasien diatur supine, kedua lengan ditempatkan di sisi dan menyilang di atas dada. Pasien diberi bantal
Posisi Objek :
Ø  Mid sagital plane pasien diatur segaris dengan mid line meja dan CR
Ø  Yakinkan bahwa pelvis tidak terjadi rotasi
Ø  arak dari meja ke ASIS (Antero Superior Iliac Spine)
Sinar    FFD    : 100 cm
CR       : Tegak lurus bidang film menuju diantara setinggi
ASIS dan Sympisis Pubis
CP       : Kira-kira 5 cm inferior setinggi ASIS
Struktur Yang Tampak
Ø  Tampak tulang-Tulang pelvis
Ø  Tampak L5, Sacrum, dan Coccygis
Ø  Tampak Caput femur dan trochanter mayor                                                      2.Proyeksi AP Bilateral ”FROG LEG”
Tujuan :
Ø  Menampakkan pelvis
Ø  Memperlihatkan nontrauma hip atau perkembangan dysplasia pada hip (DDH) yang diketahui sebagai dislokasi congenital hip (CHD)
Posisi Pasien : Pasien di atur supine, kedua lengan di tempatkan disisi dan menyilang diatas dada. Pasien diberi bantal
Posisi Objek :
Ø  Mid sagital plane  pasien diatur segaris dengan mid  line meja dan CR
Ø  Pastikan bahwa pelvis tidak terjadi rotasi (ASIS berjarak sama terhadap meja)
Ø  Kedua knee Fleksi sekitar 90 derajat
Ø  Kedua plantar ditemukan dan kedua femur abduksi 40-45 derajat
Sinar    FFD     : 100 cm
CR       : Tegak lurus pada kaset menuju 7,5 cm dibawah   level ASIS.
CP       : kira-kira 2,5 di bawah symphisis pubis
 Struktur Yang Tampak
Ø  Tampak caput dan colum femur
Ø  Tampak Acetabulum, trochanter
3.Proyeksi AP Axial “OUTLET”
Tujuan :
Ø  Menampakkan bilateral pubis dan Ischia
Ø  Pengukuran trauma pelvis untuk fraktur dan dislokasi
Posisi Pasien : Pasien diatur supine, kedua tungkai lurus dan tempatkan pengganjal di bawah kedua knee. Pasien di beri bantal
Posisi Objek :
Ø  Mid sagital plane di atur segaris dengan mid line meja dan CR
Ø  Pastikan pelvis tidak terjadi rotasi
Ø  Jarak dari meja ke ASIS (Antero Superior Iliac Spine)
Sinar    FFD     :100 cm
CR       : Sinar menyudut  cephalad 20-35 derajat (laki –laki) dan 30-45 derajat (wanita)
CP       : Pertengahan titik pada 3-5 cm distal ke superior border sympisis pubis atau trochanter mayor
Struktur Yang Tampak :
Ø  Tampak Body dan superior ramus pubis
Ø  Tidak terjadi pergerakan objek ditandai dengan ketajaman dari trabecula dan tepi tulang dari pubis dan tulang ischial.
4.Proyeksi AP Axial “INLET”  
Tujuan :
Melengkapi pengukuran trauma pelvis untuk displacement bagian posterior atau terjadi rotasi ke dalam dan keluar dari pelvis anterior.
Posisi Pasien : Pasien diatur supine, kedua tungkai lurus dan tempatkan pengganjal di bawah kedua knee, Pasien di beri bantal
Posisi Objek :
Ø  Mid sagital plane pasien diatur segaris dengan mid line meja dan CR
Ø  Pastikan bahwa pelvis tidak terjadi rotasi
Ø  Jarak dari meja ke ASIS (Anterio Superior Iliac Spine)
Sinar    FFD     : 100 cm
CR       : Sinar menyudut  40 derajat caudal
CP       : Menuju titik garis tengah dari setinggi ASIS
Struktur Yang Tampak :
Ø  Tampak lingkaran pelvis
Ø  Sekitar pelvis inlet

TEKNIK PEMERIKSAAN OSSA MANUS

TEKNIK PEMERIKSAAN OSSA MANUS

Proyeksi pemeriksaan ossa manus yaitu :


  1. PA (Posterior anterior)
  2. Obliq 
  3. Lateral
  4. AP Perbandingan
  5. AP 
Untuk Pemeriksaan di lapangan yang sering dipakai yaitu PA dan Obliq.
Untuk klinis pasien di lapangan biasanya Fraktur (Patah tulang), Trauma, Fisura, Dislokasi Sendi, Ruptur, Artheritis, Osteoma dan Corpus alienum (Benda Asing).

Proyeksi pemeriksaan PA (Dorso Plantar)


  • PP (Posisi Pasien) : Pasien duduk di samping meja pemeriksaan dengan lengan di fleksikan, atur ketinggian sehingga lengan pasien  nyaman di atas meja pemeriksaan
  • PO(Posisi Objek) : Istirahatkan lengan (Antebrachi) pada meja pemeriksaan dan tempatkan manus dengan telapak tangan pasien menempel pada kaset. Letakan MCP (Metacarpo phalangeal) joint di tengah-tengah kaset. Rentangkan tangan pasien yang akan diperiksa. Usahakan tangan pasien relaks agar tidak terjadinya rotasi, jangan lupa kenakan Apron pada pasien untuk melindungi organ-organ fital dan usahakan pasien menoleh ke sisi yang tidak terkena sinar x.
  • Ukuran kaset = 18x24 cm atau 24x30 cm melintang untuk 2 gambaran.
  • CR (Central Ray) = Tegak lurus Vertikal.
  • FFD = 90-100 cm
  • CP (Central Point) = di MCP (Metacarpo phalangeal Joint) digiti 3
  • Marker = R/L
  • Batas Atas Batas Bawah kolimasi = Batas atasnya dari phalang sampai 1/3 oss distal radius, ulna untuk batas bawahnya.
 
  • Tampilan Struktur : Phalang 1-5, Metacarpal, Carpal (Schapoid, Lunatum, Triquetrum, Phisiform, Trapezium,Trapezoid, Capitatum, Hamatum dan Oss Distal Radius dan Ulna.
  • Kriteria Radigraf : MCP dan Interphalangeal joint membuka menandakan manus diletakkan rata pada kaset.
 
 
 
Proyeksi Pemeriksaan PA Obliq Projektion
 
 
  1. PP = Pasien duduk di samping meja pemeriksaan dengan lengan difleksikan.
  2. PO = Atur tangan pasien Obliq membentuk suatu penjuru kira-kira 45 derajat seperti sedang menggenggam kertas.
  3. Ukuran Kaset = 18x24 cm atau 24x30 untuk 2 gambaran.
  4. CP = MCP (Metacarpo phalangeal joint digiti 3
  5. CR = Tegak lurus Vertikal
  6. FFD = 90-100 cm
  7. Marker = R/L
  8. Batas Atas dan Batas Bawah = Dari Phalang sampai 1/3 Distal oss radius dan ulna.
Kriteria Evaluasi : Sedikit Overlap antara metakarpal tiga dan empat serta empat dan lima.
                            Interphalangeal joint dan MCP joint terbuka dan tidak superposisinya antara tulang
                            Trapezium dengan Trapezoid.
 
 
Proyeksi Pemeriksaan Lateral (Medio lateral dan Latero Medial)
  • Untuk Proyeksi ini gunakan kaset 18x24 membujur atau 24x30 melintang untuk dua gambaran.
 
 
  • PP = Posisikan Pasien duduk menyamping meja pemeriksaan dengan antebrachi menempel pada meja pemeriksaan dengan aspek Ulnaris menempel pada kaset sementara pada Latero medial aspek Radius menempel pada kaset
  • PO = Ekstensikan digit pasien dan atur digit pertama di sudut kanan palmar. Atur phalang (digit) 2-5 Superposisi.
  • FFD = 100cm
  • CR = Vertikal tegak lurus pada kaset pada MCP joint digiti 5 dan 2.
 
 
 
Kriteria Evaluasi : Phalang 2-5 Superposisi kecuali ibu jari, superposisi metacarpal, superposisi oss radius dan ulna.
Proyeksi Pemeriksaan AP Perbandingan (Metode Noogaard)
 
 
 
  • PP =Pasien duduk di ujung meja pemeriksaan, dengan kedua tangan diposisikan setengah supine untuk perbandingan.
  • PO = Tempatkan kedua telapak tangan bersama-sama tempatkan 2 spons kira-kira 45 derajat terhadap aspek superior dari masing-masing tangan, Ekstensikan jari-jari pasien dan sedikit abduksikan ibu jari pasien untuk menghindari superposisi. jari-jari seolah-olah sedang menggenggam  seperti akan menangkap bola.
  • FFD = 100 cm
  • CR = Tegak lurus Vertikal
  • CP = Tegak lurus pada pertengahan kaset atau pada titik tengah antara kedua tangan selevel MCP joint.
 
 
Kriteria Evaluasi = Kaput Metakarpal bebas dari superimposisi, dan tampak kedua tangan dari daerah      
                              karpal ke ujung digit.

Proyeksi pemeriksaan ossa manus yaitu :


  1. PA (Posterior anterior)
  2. Obliq 
  3. Lateral
  4. AP Perbandingan
  5. AP 
Untuk Pemeriksaan di lapangan yang sering dipakai yaitu PA dan Obliq.
Untuk klinis pasien di lapangan biasanya Fraktur (Patah tulang), Trauma, Fisura, Dislokasi Sendi, Ruptur, Artheritis, Osteoma dan Corpus alienum (Benda Asing).

Proyeksi pemeriksaan PA (Dorso Plantar)


  • PP (Posisi Pasien) : Pasien duduk di samping meja pemeriksaan dengan lengan di fleksikan, atur ketinggian sehingga lengan pasien  nyaman di atas meja pemeriksaan
  • PO(Posisi Objek) : Istirahatkan lengan (Antebrachi) pada meja pemeriksaan dan tempatkan manus dengan telapak tangan pasien menempel pada kaset. Letakan MCP (Metacarpo phalangeal) joint di tengah-tengah kaset. Rentangkan tangan pasien yang akan diperiksa. Usahakan tangan pasien relaks agar tidak terjadinya rotasi, jangan lupa kenakan Apron pada pasien untuk melindungi organ-organ fital dan usahakan pasien menoleh ke sisi yang tidak terkena sinar x.
  • Ukuran kaset = 18x24 cm atau 24x30 cm melintang untuk 2 gambaran.
  • CR (Central Ray) = Tegak lurus Vertikal.
  • FFD = 90-100 cm
  • CP (Central Point) = di MCP (Metacarpo phalangeal Joint) digiti 3
  • Marker = R/L
  • Batas Atas Batas Bawah kolimasi = Batas atasnya dari phalang sampai 1/3 oss distal radius, ulna untuk batas bawahnya.
 
  • Tampilan Struktur : Phalang 1-5, Metacarpal, Carpal (Schapoid, Lunatum, Triquetrum, Phisiform, Trapezium,Trapezoid, Capitatum, Hamatum dan Oss Distal Radius dan Ulna.
  • Kriteria Radigraf : MCP dan Interphalangeal joint membuka menandakan manus diletakkan rata pada kaset.
 
 
 
Proyeksi Pemeriksaan PA Obliq Projektion
 
 
  1. PP = Pasien duduk di samping meja pemeriksaan dengan lengan difleksikan.
  2. PO = Atur tangan pasien Obliq membentuk suatu penjuru kira-kira 45 derajat seperti sedang menggenggam kertas.
  3. Ukuran Kaset = 18x24 cm atau 24x30 untuk 2 gambaran.
  4. CP = MCP (Metacarpo phalangeal joint digiti 3
  5. CR = Tegak lurus Vertikal
  6. FFD = 90-100 cm
  7. Marker = R/L
  8. Batas Atas dan Batas Bawah = Dari Phalang sampai 1/3 Distal oss radius dan ulna.
Kriteria Evaluasi : Sedikit Overlap antara metakarpal tiga dan empat serta empat dan lima.
                            Interphalangeal joint dan MCP joint terbuka dan tidak superposisinya antara tulang
                            Trapezium dengan Trapezoid.
 
 
Proyeksi Pemeriksaan Lateral (Medio lateral dan Latero Medial)
  • Untuk Proyeksi ini gunakan kaset 18x24 membujur atau 24x30 melintang untuk dua gambaran.
 
 
  • PP = Posisikan Pasien duduk menyamping meja pemeriksaan dengan antebrachi menempel pada meja pemeriksaan dengan aspek Ulnaris menempel pada kaset sementara pada Latero medial aspek Radius menempel pada kaset
  • PO = Ekstensikan digit pasien dan atur digit pertama di sudut kanan palmar. Atur phalang (digit) 2-5 Superposisi.
  • FFD = 100cm
  • CR = Vertikal tegak lurus pada kaset pada MCP joint digiti 5 dan 2.
 
 
 
Kriteria Evaluasi : Phalang 2-5 Superposisi kecuali ibu jari, superposisi metacarpal, superposisi oss radius dan ulna.
Proyeksi Pemeriksaan AP Perbandingan (Metode Noogaard)
 
 
 
  • PP =Pasien duduk di ujung meja pemeriksaan, dengan kedua tangan diposisikan setengah supine untuk perbandingan.
  • PO = Tempatkan kedua telapak tangan bersama-sama tempatkan 2 spons kira-kira 45 derajat terhadap aspek superior dari masing-masing tangan, Ekstensikan jari-jari pasien dan sedikit abduksikan ibu jari pasien untuk menghindari superposisi. jari-jari seolah-olah sedang menggenggam  seperti akan menangkap bola.
  • FFD = 100 cm
  • CR = Tegak lurus Vertikal
  • CP = Tegak lurus pada pertengahan kaset atau pada titik tengah antara kedua tangan selevel MCP joint.
 
 
Kriteria Evaluasi = Kaput Metakarpal bebas dari superimposisi, dan tampak kedua tangan dari daerah      
                              karpal ke ujung digit.

Teknik Pemeriksaan Os Pedis

1. Anatomi Os. Pedis
Terdiri atas 26 tulang, yaitu :14 phalanges, 5 os metatarsal dan 7 os Tarsi. Os tarsi terdiri atas os calcaneus,os talus, os navicular,3 os cuneiform, dan os cuboid. Berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi 3 yaitu : 
  • forefoot (metatarsal dan toes), 
  • midfoot (cuneiform, navicular, dan cuboid), 
  • hindfoot  (talus/astragalus, dan calcaneus(os calcis).
Tulang kaki dibentuk dan bersatu untuk membentuk kesatuan longitudinal dan arcus transversal. Bagian permukaan anterior (superior) kaki disebut dengan dorsum atau permukaan Dorsal, dan inferior(posterior) aspek dari kaki disebut permukaan plantar. Karena ketebalan yang beragam pada anatomi kaki, maka harus kita perhatikan pemberian faktor eksposi untuk dapat menunjukkan densitas keseluruhan bagian tulang kaki.


2. Definisi
Merupakan ilmu yang mempelajari tata cara pemeriksaan os. pedis (tulang kaki) dengan menggunakan sinar-x untuk menegakkan diagnosa.

3. Klinis
  • Fracture 
  • Kelainan Patologis
  • Dislokasi
4. Persiapan Pemeriksaan
  1. Persiapan Pasien
    • Daerah yang diperiksa bebas dari benda logam
  2. Persiapan Alat/Bahan
    1. Pesawat sinar-x
    2. Kaset dan film 24 x 30 cm
    3. Load pembagi
    4. Marker
  3. Proteksi Radiasi 
    1. Gonad shield
    2. Apron
    3. Batasi lapangan penyinaran
5. Teknik Pemeriksaan
  • Proyeksi AP/AP Axial
    • Posisi pasien : Pasien supine. Kaki difleksikan dan telapak kaki menghadap meja pemeriksaan.
    • Posisi obyek : Telapak kaki menempel pada kaset. Kaset horizontal diatas meja pemeriksaan.
    • FFD : 90 – 100 cm
    • CR :  
      • 1) 10º (ke arah os calcaneus), CP: Metatarsal ke-3  
      • 2) vertikal / tegak lurus kaset, CP: Metatarsal ke-3
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran AP dari ossa metatarsal, ossa phalanx, ossa tarsal.

  • Proyeksi AP Oblique (lateral rotation)
    • Posisi pasien :  Pasien supine. Kaki difleksikan, telapak kaki menghadap meja pemeriksaan.
    • Posisi obyek : Kaki diendorotasikan membentuk sudut 30º terhadap kaset pada sisi lateral.
    • FFD : 90 – 100 cm
    • CR : Vertikal / tegak lurus kaset 
    • CP : Metatarsal ke-3 
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran AP oblique pada daerah ossa phalanx, ossa metatarsal. Tampak persendian os cuneiform medial dan intermedial. 

  • Proyeksi AP Oblique (median rotation)
    • Posisi pasien : Pasien supine. Kaki difleksikan, telapak kaki menghadap meja pemeriksaan.
    • Posisi obyek : Kaki diendorotasikan membentuk sudut 30º terhadap kaset pada sisi medial.
    • FFD : 90 – 100 cm
    • CR : Vertikal / tegak lurus kaset 
    • CP : Metatarsal ke-3 
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran AP oblique pada daerah ossa phalanx, ossa metatarsal. Tampak persendian os cuboideum dan os calcaneus serta daerah persendian os cuneiform lateral. 

  • Proyeksi PA Oblique (Medial Rotation)
    • Posisi Pasien : Pasien lateral recumbent dengan lutut difleksikan.
    • Posisi Obyek : Atur dorsal pedis pada pertengahan kaset horizontal. Rotasikan kearah medial sehingga sisi lateral pedis membentuk sudut 45º terhadap kaset.
    • FFD : 90 – 100 cm
    • CR : Vertikal / tegak lurus kaset
    • CP : Pertengahan kaki pada The base of Metatarsal V
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran PA Oblique pedis. Tampak persendian didaerah ossa tarsalia.

  • Proyeksi PA Oblique (Methode Grashey)
    • Posisi pasien : Pasien prone, punggung/dorsal pedis menghadap meja pemeriksaan.
    • Posisi obyek : Bagian dorsal pedis menghadap kaset, kaset horizontal diatas meja pemeriksaan.
      1. Diendorotasikan sehingga sisi medial membentuk sudut 30º terhadap kaset.
      2. Dieksorotasikan sehingga sisi lateral membentuk sudut 20º terhadap kaset.
    • FFD : 90 – 100 cm
    • CR : Vertikal / tegak lurus kaset
    • CP : Pada The base of metatarsal III 
    • Kriteria gambar : 
      1. Tampak gambaran PA oblique pedis. Tampak persendian metatarsal I & II bebas dari superposisi, os cuneiform medialis bebas dari superposisi dan tampak os navicular.
      2. Tampak gambaran PA oblique pedis. Tampak corpus dari metatarsal III s/d V bebas dari superposisi. Tampak tuberositas metatarsal V dan os cuboideum.





 
  • Proyeksi Lateral (medio lateral)
    • Catatan : *proyeksi ini sering dilakukan karena relatif lebih nyaman untuk pasien
    • Posisi Pasien : Pasien supine / duduk diatas meja pemeriksaan. Kaki yang tidak diperiksa ditekuk ke belakang.
    • Posisi obyek : Atur pedis true lateral, sisi lateral pedis menempel pada kaset horizontal. Fleksikan pedis sehingga membentuk sudut 90º terhadap ossa cruris.
    • FFD : 90 – 100 cm
    • CR : Vertikal / tegak lurus kaset 
    • CP : Pada The base of Metatarsal III 
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran lateral pedis dan daerah distal os tibia dan fibula.

  • Proyeksi Lateral (latero medial)
    • Posisi Pasien : Pasien supine / duduk diatas meja pemeriksaan. Kemudian untuk kenyamanan pasien, tubuh pasien diposiskan oblique (LPO/RPO).
    • Posisi obyek : Atur os pedis true lateral, sisi medial pedis menempel pada kaset horizontal. Fleksikan os pedis sehingga membentuk sudut 90º terhadap ossa cruris.
    • FFD : 90 – 100 cm 
    • CR : Vertikal / tegak lurus kaset 
    • CP : Pada The base of Metatarsal III 
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran lateral (lateromedial) os pedis dan daerah distal os tibia dan fibula.

  • Proyeksi Lateral - (Lateromedial Methode Weight - Bearing)
    • Catatan : * Kaset diletakkan ditempat khusus untuk proyeksi metode weight bearing agar daerah longitudinal arch terproyeksi dalam film.
    • Posisi pasien : pasien diposisikan standing upright / berdiri tegak (erect pada bidang yang datar)
    • Posisi objek : kaset diletakkan diantara os.cruris dengan sisi depan kaset menghadap os.pedis yang akan difoto.
    • FFD : 90 -100 cm
    • CR : Horizontal, tegak lurus terhadap kaset
    • CP : Pada titik di atas the base of metatarsal III
    • Kriteria gambar : tampak gambaran lateromedial pedis dengan posisi weight-bearing, tampak struktur gambaran longitudinal arch os.pedis.
 
  • Proyeksi AP Axial (Methode Weight-Bearing)
    • Posisi Pasien : Pasien diposisikan standing-upright/berdiri tegak/erect.
    • Posisi Obyek : Letakkan kaset diatas lantai. Pasien berdiri diatas kaset. Letakkan marker sesuai dengan posisi kaki. Letakkan penggaris pengukur (skala) untuk mempermudah memposisikan kaki agar simetris.
    • FFD : 90 – 100 cm 
    • CR : 10º / 15º kearah tumit 
    • CP : pada The level of the base of Metatarsal III 
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran AP Axial os pedis kanan dan kiri.

  • Proyeksi AP Axial (Weight Bearing Composite Methode) 
Posterior Angulation 15° kearah tumit.

    • Posisi pasien : Pasien standing-upright/erect.
    • Posisi obyek : Salah satu pedis pasien diletakkan diatas kaset horisontal.
    • CR : 15° kearah tumit. 
    • CP : The Base of Metatarsal III 
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran pedis AP Axial. 
Anterior Angulation 25° kearah phalanx.
    • Posisi pasien : Pasien standing-upright /erect. 
    • Posisi obyek : Salah satu pedis pasien diletakkan diatas kaset horisontal.
    • CR : 25° kearah phalanx. 
    • CP : Permukaan posterior ankle.
    • Kriteria gambar: Tampak gambaran pedis AP Axial pada bagian posterior.

Teknik Pemeriksaan Radiografi Vertebra Cervical

Teknik Pemeriksaan Radiografi Vertebra Cervical

Wah lama nih gak posting sekarang kita mau belajar tentang Teknik Pemeriksaan Radiografi Vertebra Cervical. Pemeriksaan radiografi vertebra cervical sendiri adalah pemeriksaan radiografi untuk melihat anatomi ataupun kelainan-kelainan pada vertebra cervical (tulang leher). Teknik-teknik dasar yang biasa digunakan untuk pemeriksaan ini meliputi proyeksi Anterior Posterior (AP) open mouth, Anterior Posterior (AP) axial, Oblique, Lateral, dan Lateral Swimmer’s. Akan tetapi proyeksi-proyeksi tersebut digunakan sesuai klinis.
PROYEKSI AP (Atlas (C1) dan Axis (C2))
Open Mouth (Albers Schonbergl dan George)
Kaset :  Kaset yang digunakan dalam proyeksi ini yaitu kaset dengan ukuran 8 x 10 inci (18 X 24 cm).
Posisi pasien : Tempatkan pasien dalam posisi terlentang diatas meja pemeriksaan, kemudian pusatkan bidang midsagittal tubuh pada garis tengah grid. Atur lengan pasien di sepanjang sisi tubuh, dan atur bahu sampai terletak pada bidang horizontal yang sama. Jika perlu tempatkan penopang di bawah lutut pasien untuk kenyamanan.
Posisi objek : Tempatkan lR (kaset radiograf) ke dalam Bucky, dan pusat IR pada level aksis (V. Cervical 2).Sesuaikan kepala pasien sehingga bidang midsagittal tegak lurus terhadap bidang meja.Pilih faktor eksposur, dan atur posisi tube x-ray sehingga setiap sedikit perubahan dapat dilakukan dengan cepat setelah pengaturan akhir kepala pasien. Meskipun posisi ini tidak mudah untuk dinahan, pasien biasanya dapat bekerja sama sepenuhnya kecuali ia tetap dalam posisi, akhir tegang terlalu lama.Atur agar pasien membuka mulut lebar sebanyak mungkin, dan kemudian sesuaikan kepala sehingga garis dari tepi bawah gigi seri atas ke ujung prosesus mastoid (bidang oklusal) tegak lurus terhadap IR. Sebuah pengganjal kecil di bawah bagian belakang kepala mungkin diperlukan untuk mempermudah membuka mulut ketika keselarasan yang tepat dari gigi seri atas dan mastoid tips dipertahankan.
Proteksi Radiasi : Gunakan Perisai gonad.
Respirasi : Anjurkan pasien untuk menjaga mulut terbuka lebar dan perlahan mengucapkan “Hah” selama eksposur. Serta letakkan lidah di dasar mulut sehingga tidak diproyeksikan pada atlas dan axis dan akan mencegah gerakan mandibula.
Central ray :  Arah sinar tegak lurus ke pusat IR dan masuk ke titik tengah mulut yang terbuka
Struktur ditunjukkan : Gambar yang dihasilkan menunjukkan proyeksi AP dari atlas dan axis melalui mulut yang terbuka.  Jika pasien memiliki kepala yang dalam atau rahang panjang. Keseluruhan atlas tidak dapat ditunjukkan. Ketika bayangan persis superposisi dengan permukaan oklusal dari gigi seri tengah atas dan dasar tengkorak yang sesuai dengan orang-orang dari ujung proses mastoid, posisi tidak dapat diperbaiki. Jika pasien tidak dapat membuka mulut, tomografi mungkin diperlukan untuk melihat axis dan atlas.
Kriteria Evaluasi
Berikut ini perlu dibuktikan dengan jelas:
  • Tampak dens, atlas, sumbu, dan artikulasi antara Cervical 1 dan cervical 2.
  • Permukaan artikular seluruh atlas dan axis (untuk memeriksa perpindahan lateral)
  • Superposisi bidang oklusal dari gigi seri tengah atas dan dasar tengkorak
  • Lebar mulut yang terbuka
  • Bayangan lidah tidak diproyeksikan di atas atlas dan axis
  • Ramus mandibula sama jaraknya dari dens
CATATAN : SID 30-inchi (76 cm) sering digunakan untuk proyeksi ini untuk meningkatkan bidang pandang daerah odontoid.
PROYEKSI AP AKSIAL
Kaset : Kaset yang digunakan dalam proyeksi ini yaitu kaset dengan ukuran 8 x 10 inchi (18 X24 cm) memanjang.
Posisi pasien : Tempatkan pasien dalam posisi terlentang atau tegak dengan punggung melawan dudukan IR.Sesuaikan bahu pasien untuk berbaring dalam bidang horizontal yang sama untuk mencegah rotasi.
Posisi objek : Pusatkan bidang midsagittal dari tubuh pasien ke garis tengah meja atau perangkat grid vertikal. Extendsikan dagu sehingga bidang oklusal tegak lurus terhadap ujung meja. Hal ini mencegah superimposisi tulang mandibula dan pertengahan cervical. Kemudian pusatkan IR pada level C4. Atur kepala sehingga bidang midsagittal selaras lurus dan tegak lurus terhadap IR. Berikan pengganjal untuk kepala pasien yang memiliki lengkungan lordotic. Pengganjal ini akan membantu mengimbangi lengkungan dan mengurangi distorsi gambar.
Proteksi radiasi : Gunakan perisai gonad.
Respirasi : Tahan nafas.
Central ray : Diarahkan melalui C4 pada sudut 15 sampai 20 derajat cephalad. Sinar sentral masuk pada atau sedikit lebih rendah ke titik yang paling menonjol dari tulang rawan tiroid.
Struktur ditunjukkan : Gambar yang dihasilkan menunjukkan lima bagian bawah corpus servical dan dua atau tiga bagian atas corpus toraks, ruang interpediculate, superimposed transversus dan prosesus artikular, dan dalam ruang disk tervertebral. Proyeksi ini juga digunakan untuk menunjukkan ada atau tidak adanya tulang rusuk cervical.
Kriteria Evaluasi
Berikut ini perlu dibuktikan dengan jelas:
  • Tampak area dari bagian superior dari C3 ke T2 dan sekitarnya jaringan lunak
  • Tampak bayangan dari tengkuk mandibula dan superimposed di atas atlas dan sebagian besar aksis
  • Terbuka ruang diskus intervertebralis
  • Spinosus prosesus berjarak sama pada pedikel
  • Sudut mandibula berjarak sama pada vertebra.
PROYEKSI LATERAL (Grandy Metode)
R atau posisi L
Keset : Kaset yang digunakan dalam proyeksi ini yaitu kaset dengan ukuran 8×10 inchi (18x24cm) memanjang
SID : SID 60 sampai 72 inchi (152-183 cm) dianjurkan karena OID meningkat. Jarak yang lebih jauh membantu menunjukkan C7.
Posisi pasien : Tempatkan pasien dalam posisi lateral yang benar, baik duduk atau berdiri, di depan perangkat grid vertikal. Sumbu panjang veltebrae cervical harus sejajar dengan bidang IR.Mintalah pasien duduk atau berdiri lurus, dan menyesuaikan ketinggian IR sehingga itu berpusat pada level C4. Bagian atas IR akan menjadi sekitar 1 inchi (2,5 cm) di atas EAM.
Posisi objek : Pusatkan bidang koronal yang melewati mastoid tips ke garis tengah IR.Pindahkan pasien agar dekat dengan perangkat grid vertikal untuk memungkinkan bahu yang dekat bersandar terhadap perangkat sebagai dukungan. (Proyeksi ini dapat dilakukan tanpa menggunakan grid.)Putar bahu anterior atau posterior sesuai dengan kyphosis alami vertebra: jika pasien itu bulat bahu, putar bahu anterior, jika tidak, putar ke posterior.Sesuaikan bahu agar terletak dalam bidang horizontal yang sama, tekan sebisa mungkin, dan imobilize dengan memasang satu karung pasir kecil ke pergelangan tangan masing-masing. Karung pasir harus dari bobot yang sama.Hati-hati dan pastikan bahwa pasien tidak mengangkat bahu.Tinggikan dagu sedikit, atau pasien menjulur mandibula untuk mencegah superimposisi ramus mandibula dan tulang belakang. Pada waktu yang sama dan dengan bidang midsagittal kepala vertikal, mintalah pasien untuk melihat terus di satu tempat di dinding. Bantuan ini mempertahankan posisi kepala.
Proteksi radiasi : Gunakan perisai gonad.
Respirasi : Tahan respirasi pada akhir ekspirasi penuh untuk mendapatkan depresi yang maksimum bagian bahu.
Central ray : Horisontal dan tegak lurus terhadap C4. Dengan pemusatan seperti, garis yang diperbesar dari bahu terjauh dari IR yang akan diproyeksikan di bawah tulang leher bawah.
Struktur ditunjukkan : Gambar yang dihasilkan menunjukkan proyeksi lateral corpus servical dan interspaces mereka, pilar artikular, lima bawah sendi zygapophyseal, dan prosesus spinosus. Tergantung pada seberapa baik bahu dapat ditekan, sebuah proyeksi lateral yang baik harus mencakup C7, kadang-kadang T1 dan T2 juga dapat dilihat.
Kriteria Evaluasi
Berikut ini perlu dibuktikan dengan jelas:
  • Tampak ketujuh cervical dan setidaknya sepertiga dari T1. (Kalau radiograf terpisah dari wilayah cervicothoracic direkomendasikan.)
  • Leher diekstensikan sehingga mandibula tidak tumpang tindih atlas atau axis.
  • Tampak superposisi atau hampir superimposed dari mandibula.
  • Tidak ada rotasi atau kemiringan cervical spine yang ditunjukkan oleh sendi zygapophyeal yang terbuka.
  • C4 di tengah radiograf.
  • Tampak detil tulang dan jaringan lunak.

Pemeriksaan Fisik Thorax

PEMERIKSAAN FISIK THORAX

Pemeriksaan Thorax
  1. memperkenalkan diri pada pasien dan jelaskan tindakan yang akan dilakukan *minta persetujuan pasien
  2. minta pasien melepas baju, perhiasan, dan alat lain yang terbuat dari logam (misalnya, ikat pinggang)

Pemeriksaan Thorax saat pasien duduk

Inspeksi
  • melihat bentuk dada anterior dan posterior
  • melihat ada tidaknya deviasi
  • melihat ada tidaknya bendungan vena pada dinding dada

Palpasi

NOTE : Mulai dari palpasi hingga auskultasi, Posisi kedua skapula harus dalam keadaan terbuka untuk memperluas lapang pemeriksaan. *minta pasien untuk meletakkan kedua tangannya pada bahu

  • membandingkan gerakan dada posterior kanan - kiri
  • merasakan fremitus taktil suara dengan cara meminta pasien mengucapkan "tujuh - tujuh"
posisi kedua tangan pada pemeriksaan dada posterior :

fig0204.jpg (11356 bytes)



Perkusi

Tujuan dari perkusi adalah berusaha menangkap getaran suara yang dihasilkan dari phalange (tulang jari). ada beberapa jenis suara yang mungkin dihasilkan dari perkusi

tab0201.jpg (16009 bytes)


NOTE : Jurnal Kedokteran di Indonesia menggunakan istilah dull sebagai "pekak", karena itu pekak hati bukan di terjemahkan menjadi liver flatness melainkan liver dullness.

Prosedur perkusi

  • Tempatkan jari pleksimeter pada dinding dada yang akan diperiksa *untuk menghasilkan bunyi perkusi yang lebih keras, tekan jari dengan kuat. Cara ini lebih baik daripada melakukan pengetukan lebih keras


fig0206.jpg (9521 bytes)
  • pada tangan lainnya, lakukan pengetukan tanpa pergerakan siku (lakukan pengetukan dengan cepat dan seperti refleks)
fig0207.jpg (8429 bytes)
  • pengetukan dilakukan di bagian paling ujung (pada gambar), kemudian pindahkan jari dengan cepat agar getaran tidak teredam.

fig0208.jpg (9433 bytes)



Pemeriksaan :
  • membandingkan bunyi perkusi paru kanan dan kiri secara berurutan


fig0210.jpg (16784 bytes)
  • menentukan batas bawah paru

fig0205.jpg (28836 bytes)


NOTE (secara normal : orang Indonesia batas bawah pulmo dextra posterior terletak sejajar dengan processus spinosus thoracal IX atau thoracal X, batas bawah pulmo sinistra posterior terletak sejajar dengan processus spinosus thoracal VIII atau IX)



Auskultasi
Auskultasi dinding dada posterior kurang kuat terdengar dibandingkan auskultasi anterior. (kecuali di triangle of auscultation) walau begitu biasanya, pemeriksaan ini tetap dilakukan oleh para dokter muda.



Posisi steshoscope sewaktu auscultasi adalah sama seperti pada palpasi fremitus suara


Auskultasi pada pernafasan normal :



Pemeriksaan yang dilakukan sewaktu pasien berbaring
ada dua jenis pemeriksaan yang dilakukan sewaktu pasien berbaring, yaitu :
  1. Pemeriksaan Paru anterior
  2. Pemeriksaan Jantung

1. Pemeriksaan Paru Anterior

Inspeksi
  • melihat keadaan sela iga sewaktu bernafas (secara normal : sela iga akan ekspansi atau meregang saat inspirasi dan kembali ke posisi semula sewaktu ekspirasi)

Palpasi
  • membandngkan gerakan dinding dada sewaktu bernafas
  • merasakan getaran fremitus suara

Posisi kedua tangan sewaktu palpasi thorax anterior


fig0203.jpg (10384 bytes)

Perkusi
  • membandingkan bunyi perkusi paru kanan - kiri anterior secara berurutan
fig0209.jpg (12045 bytes)


  • menentukan batas paru - hepar
perkusi dilakukan di sepanjang garis midklavikula dextra. Batas paru hepar ditentukan setelah terjadi perubahan suara dari sonor ke pekak


  • menentukan batas paru - lambung
perkusi dilakukan di sepanjang garis axilla anterior sinistra. Batas paru - lambung ditentukan setelah terjadi perubahan suara dari sonor ke timpani. (secara normal : batas paru - lambung orang Indonesia berada di Intercostae VII atau intercostae VIII)
  • menentukan batas peranjakan paru
perkusi dilakukan di batas paru - hepar. setelah pasien diminta untuk menahan nafas, batas paru- hepar yang semula berbunyi perkusi "pekak" akan berganti menjadi "sonor". Perkusi dilanjutkan sampai ditemukan batas paru - hepar yang baru, kemudian tentukan seberapa besar batas peranjakan paru. (secara normal : batas peranjakan paru adalah 2 cm atau sebesar 2 jari orang dewasa)


Auskultasi
  • membandingkan bunyi nafas dasar paru anterior dan bronkial pada pasien

fig0212.jpg (5248 bytes)




fig0213.jpg (4922 bytes)


2. Pemeriksaan Jantung

Inspeksi
  • Melihat ada tidaknya bendungan vena pada dinding dada
  • Melihat pulsasi iktus cordis

Palpasi
  • mencari pulsasi iktus cordis (secara normal : iktus cordis terletak di garis midklavikula sinistra Intercostae V)
  • denyut jantung dapat dihitung pada iktus cordis (walaupun cara ini tidak lazim dilakukan)

Perkusi
  • menentukan batas kanan jantung
Batas kanan jantung ditentukan setelah batas paru hepar ditemukan

  • menentukan batas kiri jantung
Batas kiri jantung ditentukan setelah batas paru - lambung ditemukan


Auskultasi

  • mendengarkan bunyi jantung I (saat katup mitral dan trikuspidal menutup) dan bunyi jantung 2 (saat katup aorta dan pulmonal menutup) pada masing - masing katup jantung.